HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.
HIV
belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan yang bisa digunakan untuk
memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan ini juga akan membuat
penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani hidup dengan
normal.
Dengan
diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan
berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV.
Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.
HIV/AIDS di Indonesia
Di
Indonesia, sejak pertama kali ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987
HIV tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi. Pulau
Bali adalah provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS di
Indonesia.Menurut UNAIDS, di Indonesia ada sekitar 690 ribu
orang pengidap HIV sampai tahun 2015. Dari jumlah tersebut, setengah
persennya berusia antara 15 hingga 49 tahun. Wanita usia 15 tahun ke
atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu jiwa. Angka kematian
akibat AIDS mencapai 35 ribu orang. Dengan demikian terdapat anak-anak
yatim piatu akibat kematian orang tua karena AIDS berjumlah 110.000
anak.
Penyebaran HIV
HIV adalah jenis
virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. HIV
bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan
yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah,
dan ASI. HIV tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine.Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman
dan bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
- Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.
- Melalui seks oral.
- Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
- Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
- Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.
Tes Infeksi HIV
Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya
cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai
konseling. Segeralah mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik
VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini akan diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh Anda.Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau
KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan
rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih dahulu.
Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga
pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi
hasil tes HIV jika terbukti positif.
Tes HIV biasanya berupa tes
darah untuk memastikan adanya antibodi terhadap HIV di dalam sampel
darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan
tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes HIV mungkin akan
diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan aktivitas
yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV.
Ada beberapa
tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada rumah sakit
atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan
dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
- Komunitas AIDS Indonesia
- ODHA Indonesia
- Himpunan Abiasa
- Yayasan Spiritia
- Yayasan Orbit
- Yayasan AIDS Indonesia
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).Jika
hasilnya positif, Anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit
spesialis HIV. Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes
ini untuk memperlihatkan dampak dari HIV kepada sistem kekebalan Anda.
Anda juga bisa membicarakan tentang pilihan penanganan yang bisa
dilakukan.
Langkah Pengobatan Bagi Penderita HIV
Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi langkah pengobatan HIV yang
ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa
memperpanjang usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola
hidup yang sehat.Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan
nama antiretroviral (ARV) yang berfungsi menghambat virus dalam merusak
sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan tersebut diberikan dalam bentuk
tablet yang dikonsumsi setiap hari. Anda akan disarankan melakukan pola
hidup sehat. Misalnya makanan sehat, tidak merokok, mendapatkan vaksin flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya.
Tanpa
pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan
menurun drastis. Dan mereka cenderung menderita penyakit yang
membahayakan nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium
akhir atau AIDS.
Cara Pencegahan HIV
Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah
dengan melakukan hubungan seks secara aman, dan tidak pernah berbagi
jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua yang pernah berhubungan
seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko untuk
terinfeksi HIV.
Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah
serokonversi (Periode waktu tertentu di mana antibodi HIV sudah mulai
berkembang untuk melawan virus.). Tahap kedua adalah masa ketika tidak
ada gejala yang muncul. Dan tahap yang ketiga adalah infeksi HIV berubah
menjadi AIDS.
Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip seperti flu.
Setelah ini, HIV tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa
tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah
terinfeksi. Masa waktu inilah yang sering disebut sebagai serokonversi.Diperkirakan, sekitar 8 dari 10 orang yang terinfeksi HIV mengalami ini. Gejala yang paling umum terjadi adalah:
- Tenggorokan sakit
- Demam
- Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
- Pembengkakan noda limfa
- Penurunan berat badan
- Diare
- Kelelahan
- Nyeri persendian
- Nyeri otot
Gejala-gejala di atas bisa bertahan selama satu hingga dua bulan, atau
bahkan lebih lama. Ini adalah pertanda sistem kekebalan tubuh sedang
melawan virus. Tapi, gejala tersebut bisa disebabkan oleh penyakit
selain HIV. Kondisi ini tidak semata-mata karena terinfeksi HIV.Lakukan
tes HIV jika Anda merasa berisiko terinfeksi atau ketika muncul gejala
yang disebutkan di atas. Tapi perlu diingat, tidak semua orang mengalami
gejala sama seperti yang disebutkan di atas. Jika merasa telah
melakukan sesuatu yang membuat Anda berisiko terinfeksi, kunjungi klinik
atau rumah sakit terdekat untuk menjalani tes HIV.
Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala
lebih lanjut selama bertahun-tahun (masa jendela). Ini adalah tahapan
ketika infeksi HIV berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Virus yang ada
terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahapan ini,
Anda akan merasa sehat dan tidak ada masalah. Kita mungkin tidak
menyadari sudah mengidap HIV, tapi kita sudah bisa menularkan infeksi
ini pada orang lain. Lama tahapan ini bisa berjalan sekitar 10 tahun
atau bahkan bisa lebih.
Tahap Ketiga atau Tahap Terakhir Infeksi HIV
Jika tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan
infeksi. Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang penyakit
serius. Tahap akhir ini lebih dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Berikut ini adalah gejala yang muncul pada infeksi HIV tahap terakhir:
- Noda limfa atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal paha.
- Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
- Merasa kelelahan hampir setiap saat.
- Berkeringat pada malam hari.
- Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya.
- Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit.
- Sesak napas.
- Diare yang parah dan berkelanjutan.
- Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
- Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
Risiko terkena penyakit yang mematikan akan meningkat pada tahap ini. Misalnya kanker, TB, dan pneumonia.
Tapi meski ini penyakit mematikan, pengobatan HIV tetap bisa dilakukan.
Penanganan lebih dini bisa membantu meningkatkan kesehatan.
Di Indonesia penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua kelompok
utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian untuk
pengguna narkotika suntik (penasun).
Entah terjadi gejala atau
tidak, seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus kepada orang
lain. Orang yang positif mengidap HIV lebih mudah menularkan virus
beberapa minggu setelah mereka tertular. Pengobatan terhadap HIV akan
menurunkan risiko penyebaran kepada orang lain.
Penyebaran HIV
HIV tidak menular semudah itu ke orang lain. Virus ini tidak menyebar melalui udara seperti virus batuk dan flu.
HIV hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Tapi cairan seperti
air liur, keringat, atau urine tidak bisa menularkan virus ke orang
lain. Ini dikarenakan kandungan virus di cairan tersebut tidak cukup
banyak. Cairan yang bisa menularkan HIV ke dalam tubuh orang lain
adalah:
- Darah
- Dinding anus
- Air Susu Ibu
- Sperma
- Cairan vagina, termasuk darah menstruasi
HIV tidak tertular dari ciuman, air ludah, gigitan, bersin, berbagi
perlengkapan mandi, handuk, peralatan makan, memakai toilet atau kolam
renang yang sama, digigit binatang atau serangga seperti nyamuk. Cara
yang utama agar virus bisa memasuki ke dalam aliran darah adalah:
- Melalui luka terbuka di kulit.
- Melalui dinding tipis pada mulut dan mata.
- Melalui dinding tipis di dalam anus atau alat kelamin.
- Melalui suntikan langsung ke pembuluh darah memakai jarum atau suntikan yang terinfeksi.
Melalui hubungan seks
Penyebaran virus yang paling utama adalah dengan cara hubungan seks
melalui vagina dan anal tanpa pelindung. Seks oral tanpa pelindung juga
berisiko terinfeksi, tapi risikonya cukup kecil. Penyebaran HIV melalui
seks oral akan meningkat jika orang yang melakukan seks oral sedang sariawan atau terdapat luka di mulut. Atau melakukan seks dengan orang yang baru saja terinfeksi HIV dan punya banyak virus di tubuhnya.
- Tinggi rendahnya risiko penularan HIV berbeda-beda, tergantung pada jenis hubungan seks yang dilakukan.
- Melakukan seks oral pada pria yang positif HIV, dan pria itu ejakulasi di mulut.
- Penularan HIV bisa terjadi ketika kita lakukan seks oral pada wanita yang positif mengidap HIV, terutama saat sang wanita sedang menstruasi, meski risikonya kecil.
- Menerima seks oral dari orang yang menderita HIV risikonya sangat rendah, karena HIV tidak menular melalui air liur.
Selain melalui hubungan seks, HIV bisa menular melalui:
- Tranfusi darah.
- Dari ibu kepada bayi, baik saat kehamilan, melahirkan, atau ketika menyusui.
- Berbagi jarum, baik untuk menindik atau menato.
- Berbagi suntikan, terutama bagi para panasun (pengguna narkotika suntik).
- Berbagi alat bantu seks dengan pengidap HIV.
Pengaruh HIV Pada Tubuh Manusia
Sistem kekebalan tubuh bertugas melindungi kita dari penyakit yang
menyerang. Salah satu unsur yang penting dari sistem kekebalan tubuh
adalah sel CD4 (salah satu jenis sel darah putih). Sel ini melindungi
dari beragam bakteri, virus, dan kuman lainnya.HIV menginfeksi
sistem kekebalan tubuh. Virus memasuki sistem kekebalan pada sel CD4.
Virus ini memanfaatkan sel CD4 untuk menggandakan dirinya ribuan kali.
Virus yang menggandakan diri ini akan meninggalkan sel CD4 dan
membunuhnya pada waktu yang sama. Makin banyak sel CD4 yang mati, sistem
kekebalan tubuh akan makin rendah. Hingga akhirnya, sistem kekebalan
tubuh tidak berfungsi.
Ketika proses ini terjadi, tubuh akan tetap
merasa sehat dan tidak ada masalah. Kondisi ini bisa berlangsung selama
10 tahun atau bahkan lebih. Dan penderita bisa menyebarkan virus pada
periode ini.
Orang-orang yang Berisiko Terinfeksi HIV
Ingatlah bahwa semua orang berisiko terinfeksi HIV, tanpa mengenal
batasan usia. Tapi terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko
terinfeksi HIV. Mereka adalah:
- Pengguna narkotika suntik (panasun).
- Orang yang membuat tato atau melakukan tindik.
- Orang yang melakukan hubungan seks tanpa kondom baik sesama jenis kelamin, maupun heteroseksual.
- Orang yang tinggal atau sering bepergian ke daerah-daerah dengan angka HIV tinggi, misalnya Afrika, Eropa Timur, Asia, dan Amerika bagian selatan.
- Orang yang melakukan transfusi darah di daerah dengan angka HIV tinggi.
- Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
- Orang yang melakukan hubungan seks dengan pengguna narkotika suntik.
Orang yang baru saja terinfeksi HIV akan mengalami gejala seperti penyakit flu. Ini terjadi selama kurang lebih satu bulan hingga dua bulan setelah terinfeksi. Gejala awal yang muncul seperti demam, tenggorokan sakit, dan munculnya ruam. Tapi, beberapa orang yang menderita HIV tidak merasakan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.
Hanya
dengan menjalani tes HIV, kita bisa tahu pasti apakah kita terinfeksi
atau tidak. Makin cepat HIV terdeteksi, maka tingkat keberhasilan
pengobatan akan lebih tinggi. Jika Anda merasa berisiko terinfeksi HIV,
konsultasikan kepada dokter atau klinik kesehatan terdekat.
Jangan
menunda penanganan setelah Anda tahu telah terinfeksi HIV. Jika
terlambat, virus bisa dengan cepat menyebar ke dalam sistem kekebalan
tubuh. Hal ini bisa mengganggu kesehatan Anda. Anda juga bisa
menghindari penyebaran virus kepada orang-orang terdekat atau pun kepada
orang lain.
Melakukan Tes HIV/AIDS
Untuk
menguji apakah kita terinfeksi HIV, satu tes yang paling umum adalah tes
darah. Darah akan diperiksa di laboratorium. Tes ini berfungsi untuk
menemukan antibodi terhadap HIV di dalam darah. Tapi, tes darah ini baru
bisa dipercaya jika dilakukan setidaknya sebulan setelah terinfeksi
HIV, karena antibodi terhadap HIV tidak terbentuk langsung setelah
infeksi awal. Antibodi terhadap HIV butuh waktu sekitar dua minggu
hingga enam bulan, sebelum akhirnya muncul di dalam darah.Masa
antara infeksi HIV dan terbentuknya antibodi yang cukup untuk
menunjukkan hasil tes positif disebut sebagai “masa jendela”. Pada masa
ini, seseorang yang terinfeksi HIV sudah bisa menularkan virus ini,
meski dalam tes darah tidak terlihat adanya antibodi terhadap HIV dalam
darah.
Salah satu cara mendiagnosis HIV selain dengan tes darah
adalah Tes “Point of care”. Pada tes ini, sampel liur dari mulut atau
sedikit tetes darah dari jari akan diambil, dan hasilnya akan keluar
hanya dalam beberapa menit.
Sebelum seseorang diberikan diagnosis
yang pasti, perlu dilakukan beberapa kali tes untuk memastikan. Hal ini
dikarenakan masa jendela HIV cukup lama. Jadi, hasil tes pertama yang
dilakukan belum tentu bisa dipercaya. Lakukan tes beberapa kali jika
Anda merasa berisiko terinfeksi HIV.
Jika dinyatakan positif HIV,
beberapa tes harus dilakukan untuk memerhatikan perkembangan infeksi.
Setelah itu, barulah bisa diketahui kapan harus memulai pengobatan
terhadap HIV.
Tempat Melakukan Tes HIV/AIDS
Ada beberapa tempat untuk melakukan tes darah HIV. Bahkan, beberapa
puskesmas juga sudah menyediakan layanan untuk tes HIV. Klik tautan ini untuk melihat beberapa rumah sakit di Indonesia yang menyediakan fasilitas tes HIV dan layanan bagi pengidap HIV dan AIDS.Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
- Komunitas AIDS Indonesia
- ODHA Indonesia
- Himpunan Abiasa
- Yayasan Spiritia
- Yayasan Orbit
- Yayasan AIDS Indonesia
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani
HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Anda bisa
berkonsultasi kepada mereka tentang segala hal yang berhubungan dengan
HIV/AIDS.Sekarang, alat tes HIV rumahan juga tersedia bebas
untuk dibeli di apotik, klinik kesehatan, atau melalui internet. Tapi,
untuk lebih jelas dalam memahami virus ini, disarankan untuk
berkonsultasi kepada dokter.
Jika berminat melakukan tes HIV,
sebelumnya akan diberikan penyuluhan atau konseling. Tes HIV tidak bisa
dilakukan tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.
Belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan
yang bisa memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat
orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola
hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat yang dikombinasikan untuk
mengendalikan virus.
Obat-obatan Darurat Awal HIV
Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu
3x24 jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini
bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di Indonesia
dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur
kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati.Pengobatan
ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar)
terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah
pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan, maka lebih baik.
Pengobatan
memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini
serius dan tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP
melibatkan obat-obatan yang sama seperti pada orang yang sudah dites
positif HIV.
Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau di rumah sakit.
Hasil Tes Positif HIV
Jika hasil tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil
tes ini seharusnya disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter.
Mereka akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan
bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat itu.Tes darah
akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi perkembangan virus sebelum
memulai pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan
sistem kekebalan tubuh manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur
tingkat sel CD4 (sel yang bertugas melawan infeksi) dalam darah.
Pengobatan
biasanya disarankan setelah CD4 di bawah 350, entah terjadi gejala atau
tidak. Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan untuk melakukan
pengobatan secepatnya. Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan tingkat
virus HIV dalam darah. Ini juga untuk mencegah atau menunda penyakit
yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk menyebarkannya juga menjadi
lebih kecil.
Keterlibatan Penyakit Lain
Bagi penderita hepatitis B dan hepatitis C yang
juga terinfeksi HIV, pengobatan disarankan ketika angka CD4 di bawah
500. Jika penderita HIV sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi
yang akan menekan sistem kekebalan tubuh, pengobatan dilakukan dengan
angka CD4 berapa pun. Atau ketika Anda juga menderita penyakit lain
seperti TB, penyakit ginjal, dan penyakit otak.
Obat-obatan Antiretroviral
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi
memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal
terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan
diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:
- NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.
- NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
- Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.
- Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.
- Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.
Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi
antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat
ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap
orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.Beberapa
obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV
dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu
kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV
lainnya.
Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi
infeksi HIV bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga.
Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.
Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil
Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus
untuk wanita hamil. Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu
kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi
akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu banding
100 jika diberi pengobatan sejak awal.Dengan pengobatan lebih
dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal tidak meningkat.
Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan
operasi caesar.
Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk
tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus bisa menular melalui proses
menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada
dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko
tertular HIV.
Konsumsi Obat Secara Teratur
Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke
dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda
mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum
obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko
kegagalan.
Efek Samping Pengobatan HIV
Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin
perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah
contoh efek samping yang umumnya terjadi:
- Kelelahan
- Mual
- Ruam pada kulit
- Diare
- Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
- Perubahan suasana hati
Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk AIDS,
tapi Anda bisa melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya cara
untuk mencegah terinfeksi HIV adalah dengan menghindari kegiatan yang
meningkatkan risiko tertular HIV. Pada dasarnya, mencegah selalu lebih
baik daripada mengobati.
Cara-cara yang paling umum untuk
terinfeksi HIV adalah berhubungan seks tanpa kondom, dan berbagi jarum
atau alat suntik lainnya. Jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa
menularkannya dengan cara-cara tersebut. Jika kedua pasangan terinfeksi,
tetap lakukan hubungan seks yang aman. Anda bisa tertular jenis virus
HIV lain yang mungkin tidak bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang Anda
konsumsi.
Melalui Hubungan Seks
Risiko
tertinggi infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom
melalui vagina maupun anal. Risiko tertular melalui seks oral cukup
rendah, tapi bukan berarti nol. Seks oral bisa menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual lain seperti sifilis.
Mainan dan alat bantu seks juga berisiko dalam menyebarkan HIV jika
salah satu pengguna mainan dan alat bantu seks ini positif terinfeksi
HIV.Cara terbaik untuk mencegah HIV dan infeksi menular
seksual (IMS) lainnya adalah dengan memakai kondom untuk segala jenis
penetrasi seks. Dan gunakan dental dam untuk melakukan seks oral. Dental dam adalah
selembar kain berbahan lateks. Kain ini berfungsi sebagai penghalang
antara mulut dan vagina atau anus. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
penyebaran IMS selama melakukan seks oral.
Mengonsumsi obat Truvada
Bagi orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV, mengonsumsi
obat emtricitabine-tenofovir (Truvada) bisa mengurangi risiko infeksi
HIV melalui hubungan seksual. Truvada juga digunakan pada perawatan HIV
bersamaan dengan obat-obatan lainnya.
Pemakaian kondom
Jika Anda tidak tahu status infeksi HIV pasangan, maka selalu gunakan
kondom baru tiap melakukan hubungan seks anal maupun seks vaginal.
Kondom tersedia dalam berbagai bentuk, warna, tekstur, bahan, dan rasa
yang berbeda. Kondom tersedia baik untuk pria maupun wanita.Kondom
adalah bentuk perlindungan paling efektif melawan HIV dan Infeksi
Menular Seksual lainnya. Kondom bisa digunakan untuk hubungan seks apa
pun. Sangat penting untuk memakai kondom sebelum kontak seksual apa pun
yang muncul antara penis, vagina, mulut, atau anus. HIV bisa ditularkan
sebelum terjadi ejakulasi. Ini terjadi ketika keluarnya cairan awal dari
alat kelamin dan dari anus.
Gunakan kondom yang berbahan lateks atau poliuretan (latex and polyurethane) ketika melakukan hubungan seks. Gunakan kondom begitu Anda atau pasangan mengalami ereksi, bukan sebelum ejakulasi.
Pemakaian pelumas
Pelumas digunakan untuk menambah kenyamanan dan keamanan hubungan seks
dengan tujuan menambah kelembapan pada vagina maupun anus selama seks.
Pelumas akan mengurangi risiko terjadinya kulit luka (sobek) pada vagina
atau anus. Pelumas juga mencegah agar kondom tidak sobek.Hanya
gunakan pelumas yang berbahan dasar air, bukan yang berbahan minyak.
Pelumas yang berbahan minyak bisa melemahkan kekuatan kondom dan bahkan
bisa merobek kondom.
Melalui Jarum dan Suntikan
Jika Anda memakai jarum untuk menyuntikkan obat, pastikan jarumnya
steril. Jangan berbagi jarum, suntikan, atau perlengkapan menyuntik lagi
seperti spon dan kain. Berbagi jarum bisa meningkatkan risiko
terinfeksi HIV dan virus lain yang ada di dalam darah, misalnya hepatitis C.Jika
Anda ingin membuat tato atau tindik, pastikan selalu memakai jarum yang
steril dan bersih. Jangan melakukan aktivitas ini di tempat
sembarangan. Pastikan Anda memeriksa jarum yang digunakan.
Melakukan sunat bagi pria
Sunat pada pria adalah prosedur pembedahan untuk memotong kulit di
bagian ujung penis. Sunat yang dilakukan pada kelamin pria mampu
mengurangi risiko pria terkena HIV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar