Rabu, 26 Oktober 2016
Jumat, 30 September 2016
Senin, 26 September 2016
TEORI ASAL MULA PENYAKIT HIV AIDS
Teori Asal Mula Penyakit Virus HIV AIDS
Dalam rangka memperingati hari aids sedunia
- Penyakit Virus HIV AIDS yang menewaskan banyak orang dan belum
ditemukan obatnya itu terdengar sangat mengerikan. Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang
menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya
sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. Sahabat anehdidunia.com bermacam macam
teori dikemukakan asal mula dari Hiv Aids ini, entah mana yang benar. Apa sajakah teorinya tersebut? mari kita simak bersama.
Seks Bebas di Kinshasa 1920-an
simian immunodeficiency virus (SIVcpz) |
Untuk
menguak misteri tersebut, tim internasional mencoba untuk
merekonstruksi genetika HIV. Untuk mencari tahu di mana nenek moyang
tertuanya pada manusia berasal. Temuan dalam bidang arkeologi virus
digunakan untuk menemukan asal pandemi. Demikian laporan tim dalam
jurnal Science. Para ahli menggunakan arsip sampel kode genetik HIV
untuk melacak sumbernya.
Dan ternyata, asal usul pandemi terlacak
dari tahun 1920-an di Kota Kinshasa yang kini menjadi bagian dari
Republik Demokratik Kongo. Laporan mereka menyebut, perdagangan seks
yang merajalela, pertumbuhan populasi yang cepat, dan jarum tak steril
yang digunakan di klinik-klinik diduga menyebarkan virus tersebut.
Menciptakan kondisi 'badai yang sempurna'.
Sementara itu, rel
kereta yang dibangun dengan dukungan Belgia di mana 1 juta orang
melintasi kota tiap tahunnya membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya.
Lalu ke dunia. Tim ilmuwan dari University of Oxford dan University of
Leuven, Belgia mencoba merekonstruksi 'pohon keluarga' HIV dan menemukan
asal muasal nenek moyang virus itu. "Anda bisa melihat jejak sejarahnya
dalam genom saat ini data yang terekam, tanda mutasi dalam genom HIV
tidak bisa dihapus," kata Profesor Oliver Pybus dari University of
Oxford.
Dengan membaca tanda mutasi tersebut, tim bisa menyusun
kembali pohon keluarga dan melacak akarnya. HIV adalah versi mutasi dari
virus simpanse, yang dikenal sebagai simian immunodeficiency virus
(SIVcpz) yang mungkin melakukan lompatan spesies, ke manusia, melalui
kontak dengan darah yang terinfeksi. Virus ini menyebar pertama kali
pada para pemburu simpanse mungkin ketika menangani daging hewan itu.
Kasus pertama dilaporkan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada
1930.
Virus membuat lompatan pada beberapa kesempatan. Salah
satunya mengarah pada HIV-1 subtipe O yang menyebar di Kamerun.
Kemudian, HIV-1 subtipe M yang menginfeksi jutaan orang di seluruh
dunia. Pada tahun 1920-an, Kinshasa yang dulu disebut Leopoldville
hingga 1966 adalah bagian dari Kongo yang dikuasai Belgia. "Kota itu
sangat besar dan sangat cepat pertumbuhannya. Catatan medis era kolonial
menunjukkan tingginya insiden sejumlah penyakit seksual," kata Profesor
Oliver Pybus.
Kala itu, buruh-buruh pria mengalir ke kota,
memicu ketudakseimbangan gender, dengan perbandingan pria dan wanita 2:1
yang memicu maraknya perdagangan seksual. Plus faktor praktik
pengobatan penyakit dengan suntikan tak steril yang efektif menyebarkan
virus. "Aspek menarik lainnya adalah jaringan transportasi yang membuat
orang-orang berpindah dengan mudah." Sekitar 1 juta orang menggunakan
jaringan rel Kinshasa pada akhir tahun 1940-an."
Dan virus pun
menyebar luas, awalnya ke kota tetangga Brazzaville, lalu meluas ke area
provinsi yang perekonomiannya ditopang penambangan, Katanga. Kondisi
'badai sempurna', hanya berlangsung selama beberapa dekade di Kinshasa.
Namun saat itu berakhir, HIV terlanjur menyebar ke seluruh dunia.
Teori Green Monkey
ilustrasi teory green monkey |
Tidak
sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa AIDS adalah ciptaan
manusia. Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober 1990, tiga
puluh persen penduduk kulit hitam di New York City benar-benar percaya
bahwa AIDS adalah “senjata etnis” yang didesain di dalam laboratorium
untuk menginfeksi dan membunuh kalangan kulit hitam. Sebagian orang
bahkan menganggap teori konspirasi AIDS lebih bisa dipercaya
dibandingkan teori monyet hijau Afrika yang dilontarkan para pakar AIDS.
Sebenarnya sejak tahun 1988 para peneliti telah membuktikan bahwa teori
monyet hijau tidaklah benar. Namun kebanyakan edukator AIDS terus
menyampaikan teori ini kepada publik hingga sekarang. Dalam
liputan-liputan media tahun 1999, teori monyet hijau telah digantikan
dengan teori simpanse di luar Afrika. Simpanse yang dikatakan merupakan
asal-usul penyakit AIDS ini telah diterima sepenuhnya oleh komunitas
ilmiah.
Teori Konspirasi AIDS
Pada dasarnya teori konspirasi memberikan narasi tentang sejarah bangsa barat mengenai asal usul kemunculan HIV/AIDS.
Teori ini menyebutkan bahwa HIV/AIDS merupakan senjata biologis yang
sengaja dibuat oleh Amerika Serikat untuk mengendalikan jumlah penduduk
dunia. ‘Pengurangan populasi merupakan prioritas tertinggi dari
kebijakan luar negeri AS terhadap negara-negara dunia ketiga.
Pengurangan dari penduduk negara-negara ini merupakan masalah vital bagi
keamanan nasional AS’ – Henry Kissinger, 1974 (Gray, 2009 : 106). Asal
usul HIV/AIDS diawali dari bocornya catatan rahasia yang mengandung dua
poin penting milik salah satu tim khusus di Laboratorium Fort Detrick
AS, Willace L. Pannier ke dunia maya (Ridaysmara, 2010 : 381-384).
Pertama,
HIV merupakan istilah baru bagi virus lama bernama SV40 yang digunakan
oleh Dokter Hilary Koprowski untuk menginfeksi sistem imun 300.000 orang
negro Afrika pada tahun 1957 hingga 1960 (Gray, 2009 : .96-102).
Koprowski melakukan ‘percobaan’ infeksi vaksin polio melalui mulut (live
oral polio vaccine) kepada ras kulit hitam di Afrika atas dasar
rasisme. Namun demikian, Koprowski menolak tuduhan bahwa ia terlibat
dalam menciptakan AIDS dan mengatakan bahwa demografi dari persebaran
penyakit di Afrika dapat dijelaskan dengan faktor-faktor lain yang tidak
berhubungan dengan prosedur vaksinasi (Gray, 2009 : 97).
Kedua,
disebutkan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan ini digagas oleh George
W. Bush, George H.W Bush, Prescott Bush, Rockefeller, Harriman dan
berbagai elit politik Amerika yang difasilitasi oleh CIA, Rockefeller
Foundation dan National Institute of Health (In Lies We Trust 2007).
Mereka sepakat untuk menjalankan agenda ‘Eugenic Movement’ sekitar tahun
1900-an. ‘Eugenic Movement’ merupakan gerakan rasialis untuk
menghancurkan ras manusia yang dianggap inferior dan meningkatkan ras
manusia superior. Selain itu, HIV/AIDS dibuat oleh CIA untuk menginfeksi
bangsa African-American yang berada di Amerika (TIME, 2013). Pada
dasarnya, ‘Eugenic Movement’ dilakukan oleh Amerika untuk menekan jumlah
populasi dunia dengan sasaran utama orang-orang berkulit hitam.
Selain
informasi yang didapatkan dari catatan rahasia milik Pannier, munculnya
berbagai persepsi masyarakat dunia tentang vaksin HIV/AIDS menjadikan
teori konspirasi semakin kompleks. Hingga saat ini belum ditemukan obat
yang dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obat yang kini diberikan
hanya bersifat memperpanjang usia penderita dan memperbesar kemungkinan
untuk menularkan penyakit tersebut kepada individu lain, seperti Terapi
Antiretroviral (ARV). Persepsi tersebut mendorong pemikiran kritis
tentang strategi kelompok elit dalam menciptakan penyakit beserta
obatnya. Fakta yang mengejutkan muncul dari ketiga penjahat kemanusiaan,
yaitu keluarga Bush, Rockefeller dan Harriman yang ternyata bergabung
dalam satu komunitas dan berkuliah di Yale University. Kemudian
faktanya, Yale University adalah pemegang hak paten dari salah satu obat
utama HIV yang dikenal dengan ‘Zenit’ atau ‘d4t’ pada awal tahun
1990-an dengan royalti yang diterima sebesar $328.000.000,00 (Arno, 1992
: 102). Namun, seperti yang diketahui bahwa ‘Zenit’ tidak menghilangkan
HIV, tetapi hanya memperpanjang usia sang penderita yang otomatis dapat
terus meningkatkan keuntungan perusahaan.
Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS kepada Pria Gay (1978-1981)
Ribuan
pria gay mendaftar sebagai manusia percobaan untuk eksperimen vaksin
hepatitis B yang “disponsori pemerintah AS” di New York, Los Angeles,
dan San Fransisco. Setelah beberapa tahun, kota-kota tersebut menjadi
pusat sindrom defisiensi kekebalan terkait gay, yang belakangan dikenal
dengan AIDS. Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B dikembangkan di dalam
tubuh simpanse. Sekarang hewan ini dipercaya sebagai asal-usul berevolusinya HIV.
Banyak orang masih merasa takut mendapat vaksin hepatitis B lantaran
asalnya yang terkait dengan pria gay dan AIDS. Para dokter senior masih
bisa ingat bahwa eksperimen vaksin hepatitis awalnya dibuat dari
kumpulan serum darah para homoseksual yang terinfeksi hepatitis.
Kemungkinan
besar HIV “masuk” ke dalam tubuh pria gay selama uji coba vaksin ini.
Ketika itu, ribuan homoseksual diinjeksi di New York pada awal 1978 dan
di kota-kota pesisir barat sekitar tahun 1980-1981.
Apakah jenis
virus yang terkontaminasi dalam program vaksin ini yang menyebabkan
AIDS? Bagaimana dengan program WHO di Afrika? Bukti kuat menunjukkan
bahwa AIDS berkembang tak lama setelah program vaksin ini. AIDS merebak
pertama kali di kalangan gay New York City pada tahun 1979, beberapa
bulan setelah eksperimen dimulai di Manhattan. Ada fakta yang cukup
mengejutkan dan secara statistik sangat signifikan, bahwa 20% pria gay
yang menjadi sukarelawan eksperimen hepatitis B di New York diketahui
mengidap HIV positif pada tahun 1980 (setahun sebelum AIDS menjadi
penyakit “resmi’). Ini menunjukkan bahwa pria Manhattan memiliki
kejadian HIV tertinggi dibandingkan tempat lainnya di dunia, termasuk
Afrika, yang dianggap sebagai tempat kelahiran HIV dan AIDS. Fakta lain
yang juga menghebohkan adalah bahwa kasus AIDS di Afrika yang dapat
dibuktikan baru muncul setelah tahun 1982. Sejumlah peneliti yakin bahwa
eksperimen vaksin inilah yang berfungsi sebagai saluran tempat
“berjangkitnya” HIV ke populasi gay di Amerika. Namun hingga sekarang
para ilmuwan AIDS mengecilkan koneksi apapun antara AIDS dengan vaksin
tersebut.
Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS berjangkit pada
orang heteroseksual, sementara di Amerika Serikat AIDS hanya berjangkit
pada kalangan pria gay. Meskipun pada awalnya diberitahukan kepada
publik bahwa “tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini
(20 tahun setelah kasus pertama AIDS), 80% kasus AIDS baru di Amerika
Serikat berjangkit pada pria gay, pecandu narkotika, dan pasangan
seksual mereka. Mengapa demikian? Tentunya HIV tidak mendiskriminasi
preferensi seksual atau ras tertentu. Apakah benar demikian?
Keserupaan dengan FLU Burung
Di
pertengahan tahun 1990-an, para ahli biologi berhasil mengidentifikasi
setidaknya 8 subtipe (strain) HIV yang menginfeksi berbagai orang di
seluruh dunia. Telah terbukti, strain B adalah strain pra dominan yang
menginfeksi gay di AS. Strain HIV ini lebih cenderung menginfeksi
jaringan rektum, itu sebabnya para gay yang cenderung menderita AIDS
dibandingkan non-gay
Sebaliknya, Strain HIV yang umum dijumpai di
Afrika cenderung menginfeksi vagina dan sel serviks (leher rahim),
sebagaimana kulup penis pria. Itu sebabnya, di Afrika, HIV cenderung
berjangkit pada kalangan heteroseksual.
Para pakar AIDS telah
memeberitahukan bahwa AIDS Amerika berasal dari Afrika, padahal Strain
HIV yang umum dijumpai di kalangan pria gay nyaris tak pernah terlihat
di Afrika! Bagaimana bisa demikian? Apakah sebagian Strain HIV
direkayasa agar mudah beradaptasi ke sel yang cenderung menginfeksi
kelamin gay?
Telah diketahui, pria ilmuwan SCVP (Special Virus
Cancer Program) mampu mengadaptasi retrovirus tertentu agar menginfeksi
jenis sel tertentu. Tak kurang sejak tahun 1970, para ilmuwan perang
biologis telah belajar mendesain agen-agen (khususnya virus) tertentu
yang bisa menginfeksi dan menyerang sel kelompok rasial “tertentu”.
Setidaknya tahun 1997, Stephen O’Brien dan Michael Dean dari
Laboratorium Keanekaragaman Genom di National Cancer Institute
menunjukkan bahwa satu dari sepuluh orang kulit putih memiliki gen
resisten-AIDS, sementara orang kulit hitam Afrika tidak memiliki gen
semacam itu sama sekali. Kelihatannya, AIDS semakin merupakan “virus
buatan manusia yang menyerang ras tertentu” dibandingkan peristiwa
alamiah.
Berkat bantuan media Amerika, virus ini menyebar ke
jutaan orang tertentu di seluruh dunia sebelum segelintir orang mulai
waspada akan kejahatan di balik penciptaan virus ini. Di tahun 1981,
pejabat kesehatan memastikan “masyarakat umum” bahwa tak ada yang perlu
dikhawatirkan. “AIDS adalah penyakit gay” adalah jargon yang sering
dikumandangkan media.
Setidaknya tahun 1987, Robert Gallo
memberitahu reporter Playboy, David Black, “Saya pribadi belum pernah
menemukan satu kasus pun (di Amerika) dimana pria terkena virus (AIDS)
dari seorang wanita melalui hubungan intim heteroseksual .” Gallo
melanjutkan, “AIDS tak akan menjadi bahaya yang tak bisa teratasi bagi
masyarakat umum.” Apakah ini sekedar spekulasi ataukah Gallo mengetahui
sesuatu yang tidak ia ceritakan?
ASAL AIDS
DARI MANA HIV AIDS BERASAL ?
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selamakehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981.
Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling
mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian
sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga
dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga
memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya
manusia di sana. Perawatan antiretrovirussesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.Hukuman sosial bagi
penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan
penderita penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial tersebut
juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang
terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Asal usul HIV AIDS
Perdebatan seputar asal usul AIDS telah sangat menarik perhatian dan
sengketa sejak awal epidemi. Namun, bahaya mencoba mengenali dari mana
AIDS berasal. Orang-orang dapat menggunakan nya sebagai bahan perdebatan
untuk menyalahkan kelompok tertentu atau gaya hidup. Kasus AIDS pertama
ditemukan di AS pada 1981, tetapi kasus tersebut hanya sedikit memberi
informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang ada bukti jelas bahwa
AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV. Jadi untuk menemukan
sumber AIDS kita perlu mencari asal usul HIV.
Asal usul HIV bukan hanya menyangkut masalah akademik, karena tidak
hanya memahami dari mana asal virus tersebut tetapi juga bagaimana virus
ini berkembang menjadi penting sekali untuk mengembangkan vaksin HIV
dan pengobatan yang lebih efektif. Juga, pengetahuan tentang bagaimana
epidemi AIDS timbul menjadi penting dalam menentukan bentuk epidemi di
masa depan serta mengembangkan pendidikan dan program pencegahan yang
efektif.
- AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
- Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.[100] Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
- Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging.[102] Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio. Namun demikian, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ad
Tipe virus apakah HIV itu?
HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus. Lentivirus seperti HIV ditemukan dalam lingkup luas primata non-manusia. Lentivirus yang lain, diketahui secara kolektif sebagai virus monyet yang dikenal dengan SIV (simian immunodeficiency virus) di mana tulisan di bawah garis menunjukkan asal spesiesnya.
Dari mana HIV berasal, Apakah HIV berasal dari SIV?
Sekarang secara umum diterima bahwa HIV merupakan keturunan dari SIV.
Jenis SIV tertentu mirip dengan HIV-1 dan HIV-2, dua tipe HIV.
Sebagai contoh, HIV-2 dapat disamakan dengan SIV yang ditemukan pada monyet sooty mangabey (SIVsm), kadang-kadang dikenal sebagai monyet hijau yang berasal dari Afrika barat.
Jenis HIV yang lebih mematikan, yaitu HIV-1, hingga akhir-akhir ini
sangat sulit untuk digolongkan. Sampai 1999, yang paling mirip adalah
SIV yang diketahui menginfeksi simpanse (SIVcpz), tetapi ada perbedaan yang berarti antara SIVcpz dan HIV.
Apa yang terjadi pada 1999, Apakah sekarang simpanse diketahui sebagai asal HIV?
Pada Februari 1999 diumumkan bahwa kelompok peneliti dari University of Alabama, di AS, telah meneliti jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus (SIVcpz) yang nyaris sama dengan HIV-1. Simpanse ini berasal dari sub-kelompok simpanse yang disebut Pan troglodyte troglodyte, yang dahulu umum di Afrika tengah-barat.
Peneliti menegaskan bahwa ini menunjukkan simpanse adalah sumber
HIV-1, dan virus ini pada suatu ketika menyeberang dari spesies simpanse
ke manusia. Namun, belum jelas apakah simpanse merupakan sumber asli
HIV-1 karena simpanse jarang terinfeksi SIVcpz. Oleh karena
ada kemungkinan baik simpanse maupun manusia terinfeksi dari pihak
ketiga, yaitu suatu spesies primata yang masih belum dikenali. Bagaimana
pun keadaannya, sedikitnya perlu dua perpindahan terpisah ke manusia.
Bagaimana HIV dapat menyeberangi spesies?
Telah lama diketahui bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari hewan kepada manusia, dan proses ini dikenal dengan zoonosis.
Peneliti dari University of Alabama mengesankan bahwa HIV dapat menyeberang dari simpanse karena manusia membunuh simpanse dan memakan dagingnya.
Beberapa teori lain yang diperdebatkan berpendapat bahwa HIV
berpindah secara iatrogenik (diakibatkan kealpaan pihak medis), misalnya
melalui percobaan medis. Satu teori yang disebarluaskan secara baik
adalah bahwa vaksin polio yang memainkan peranan dalam perpindahan ini,
karena vaksin tersebut dibuat dengan menggunakan ginjal monyet.
Tetapi yang penting pada berbagai macam teori ini adalah pertanyaan tentang kapan perpindahan itu terjadi.
Apakah ada fakta kapan perpindahan itu terjadi?
Selama beberapa tahun terakhir memungkinkan bukan hanya menentukan
apakah HIV ada di dalam darah, tetapi juga menentukan subtipe virus.
Penelitian terhadap subtipe virus, dari infeksi HIV pada kasus-kasus
awal dapat memberi petunjuk mengenai kapan HIV pertama kali menyerang
manusia dan perkembangan berikutnya.
Tiga infeksi HIV yang paling awal adalah sebagai berikut:
- Contoh plasma (cairan darah) yang diambil dari seorang pria dewasa yang hidup di Republik Demokratik Kongo tahun 1959.
- HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pemuda Amerika-Afrika yang meninggal dunia di St. Louis, AS, tahun 1969.
- HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pelaut Norwegia yang meninggal dunia sekitar tahun 1976.
Analisis yang dilakukan pada 1998 tentang contoh plasma dari 1959
mengesankan bahwa HIV-1 memasuki manusia sekitar 1940-an atau awal
1950-an, lebih awal daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ilmuwan lain
memperkirakan lebih lama lagi, mungkin sekitar 100 tahun yang lalu atau
lebih.
Apakah diketahui di mana HIV pada manusia muncul?
Sekarang banyak orang menganggap karena HIV terlihat berkembang dari
satu jenis SIV yang ditemukan pada tipe simpanse di Afrika Barat, ini
berarti HIV pertama muncul pada manusia di sana. Kemudian dianggap bahwa
HIV menyebar dari Afrika ke seluruh dunia.
Bagaimana pun, seperti yang dibahas di atas, belum tentu simpanse
adalah sumber asli HIV dan ada kemungkinan virus ini menyeberang ke
manusia, lebih dari satu kesempatan. Jadi mungkin juga HIV timbul pada
waktu yang bersamaan baik di Amerika Selatan dan Afrika, atau bahkan
muncul di benua Amerika sebelum muncul di Afrika. Kita mungkin tidak
akan pernah tahu secara pasti kapan dan di mana virus ini muncul pertama
kali, tetapi yang jelas pada suatu waktu di pertengahan abad 20-an ini,
infeksi HIV pada manusia berkembang menjadi epidemi penyakit di seluruh
dunia yang saat ini lebih dikenal sebagai AIDS.
Penyebab epidemi ini menyebar secara tiba-tiba
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung penyebaran begitu mendadak
termasuk perjalanan internasional, industri darah, dan penggunaan
narkoba yang meluas.
- Perjalanan Internasional
- Peranan yang dimainkan oleh perjalanan internasional dalam penyebaran HIV disorot pada kasus yang sekarang dikenal sebagai ‘Patient Zero’ (pasien asli). Patient Zero adalah seorang pramugara pesawat terbang berkebangsaan Kanada dan bernama Gaetan Dugas yang sering mengadakan perjalanan ke seluruh dunia. Analisis terhadap beberapa kasus AIDS awal menunjukkan bahwa orang terinfeksi tersebut adalah orang yang berhubungan seksual baik langsung atau pun tidak langsung dengan pramugara ini. Kasus-kasus ini yang ditemukan di beberapa kota di AS ini menunjukkan peranan perjalanan internasional dalam penyebaran HIV. Ini juga mengesankan bahwa penyakit ini mungkin diakibatkan oleh satu zat penyebar.
- Industri Darah
- Sewaktu transfusi darah menjadi bagian yang rutin dari tindakan medis, industri darah untuk memenuhi permintaan darah juga meningkat. Di beberapa negara seperti AS, orang yang menyumbangkan darahnya dibayar, termasuk pengguna narkoba suntikan. Darah yang diperoleh kemudian dikirim ke seluruh dunia. Juga, pada akhir 1960-an penderita hemofilia mulai memanfaatkan pembeku darah yang disebut Factor VIII. Untuk memproduksi zat pembeku itu, darah dari ribuan donor dikumpulkan yang meningkatkan kemungkinan produk ini tercemar HIV. Karena Factor VIII disebarkan ke seluruh dunia, ada kemungkinan banyak penderita hemofilia terpajan infeksi baru.
- Penggunaan Narkoba
- Pada 1970-an ditemukan peningkatan ketersediaan heroin seiring dengan perang Vietnam dan konflik lain di Timur-Tengah, yang mendorong pertumbuhan penggunaan narkoba suntikan. Peningkatan penyediaan beserta pengembangan alat semprit plastik sekali pakai dan pembangunan shooting gallery (tempat menyuntik narkoba) di mana orang dapat membeli obat terlarang dan menyewakan perlengkapan menjadi cara lain penyebaran virus.
Teori lain tentang asal usul HIV
Teori lain yang diajukan tentang asal usul HIV termasuk banyaknya
teori konspirasi. Beberapa orang mengesankan HIV dibuat oleh CIA,
meskipun yang lain menganggap bahwa HIV direkayasa secara genetik.
Referensi utama : The origin of AIDS and HIVand the first cases of AIDS, Annabel Kanabus & Sarah Allen
Referensi Penunjang
- Gao, F; Bailes, E; Robertson, DL; Chen, Y; et al. (1999) “Origin of HIV-1 in the chimpanzee Pan troglodytes troglodytes.” Nature, Vol. 397, p. 436-44
- Bailes et al. (2003) “Hybrid Origin of SIV in Chimpanzees”, Science, Vol. 300, p. 1713
- Wolfe, ND; Switzer, WM; Carr, JK; et al. (20 March 2004) “Naturally acquired simian retrovirus infections in Central African Hunters.” The Lancet, Vol. 363, p. 932
- Cohen, John (October 2000) “The Hunt for the Origin of AIDS” The Atlantic, Vol. 286 No. 4, p. 88-104
- Blancou, P. et al. (2001) “Polio vaccine samples not linked to AIDS” Nature, Vol. 410, p. 1045-1046
- Berry, N. et al. (2001) “Vaccine safety: Analysis of oral polio vaccine CHAT stocks.” Nature, Vol. 410, p. 1046-1047
- Chitnis, A.; Rawls, D. & Moore, J. (January 2000) “Origin of HIV Type 1 in Colonial French Equatorial Africa?” AIDS Research and Human Retroviruses, Vol. 16 No. 1, p. 5-8
- Fears, D. (25 January 2005) “Study: Many Blacks Cite AIDS Conspiracy“, The Washington Post.
- Zhu, Tuofu, Korber & Nahinias. “An African HIV-1 Sequence from 1959 and Implications for the Origin of the Epidemic” Nature, 1998: 391: p. 594-597
- Worobey, Gemmel, Teuwen, Haselkorn, Kuntsman, Bunce, Muyembe, Kabongo, Kalengayi, Marck, Gilbert & Wolinsky. “Direct Evidence of Extensive Diversity of HIV-1 in Kinshasa by 1960″ Nature, 2008: 455: p. 661-664
- KOLATA, Gina (28 October 1987) “Boy’s 1969 death suggests AIDS invaded U.S. several times” New York Times
- Frøland, SS; Jenum, P; Lindboe, CF; Wefring, KW; Linnestad, PJ; Böhmer, T. (1988) “HIV-1 infection in Norwegian family before 1970″ The Lancet p.1344-5
- Zhu, Tuofu, Korber & Nahinias. “An African HIV-1 Sequence from 1959 and Implications for the Origin of the Epidemic” Nature, 1998: 391: p. 594-597
- Korber, Muldoon, Theiler, Gao, Gupta, Lapedes, Hahn, Wolinsky & Bhattacharya. “Timing the Ancestor of the HIV-1 Pandemic Strains” Science, 2000: 288: p. 1789-1796
- Worobey, Gemmel, Teuwen, Haselkorn, Kuntsman, Bunce, Muyembe, Kabongo, Kalengayi, Marck, Gilbert & Wolinsky. “Direct Evidence of Extensive Diversity of HIV-1 in Kinshasa by 1960″ Nature, 2008: 455: p. 661-664
- Vandamme, A-M et al. “Tracing the origin and history of the HIV-2 epidemic” PNAS, Vol. 100, No. 11, 27 May 2003.
- BBC.co.uk. (25 May 2006) “HIV origin ‘found in wild chimps’“
- Farmer, P. (1992) “AIDS and Accusation: Haiti and the Geography of Blame”. University of California Press.
- Carter, M. (02 March 2007) “CROI: Haiti is the source of HIV subtype B“, Aidsmap.com.
- Chong, J-R (30 October 2007) “Analysis clarifies route of AIDS”, LA Times
- Shilts, R. (1987) “And the Band Played on: Politics, People and the AIDS Epidemic”, Penguin.
Sabtu, 24 September 2016
Sabtu, 17 September 2016
Pengertian Tentang HIV & AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.
HIV
belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan yang bisa digunakan untuk
memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan ini juga akan membuat
penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani hidup dengan
normal.
Dengan
diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan
berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV.
Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.
HIV/AIDS di Indonesia
Di
Indonesia, sejak pertama kali ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987
HIV tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi. Pulau
Bali adalah provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS di
Indonesia.Menurut UNAIDS, di Indonesia ada sekitar 690 ribu
orang pengidap HIV sampai tahun 2015. Dari jumlah tersebut, setengah
persennya berusia antara 15 hingga 49 tahun. Wanita usia 15 tahun ke
atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu jiwa. Angka kematian
akibat AIDS mencapai 35 ribu orang. Dengan demikian terdapat anak-anak
yatim piatu akibat kematian orang tua karena AIDS berjumlah 110.000
anak.
Penyebaran HIV
HIV adalah jenis
virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. HIV
bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan
yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah,
dan ASI. HIV tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine.Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman
dan bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
- Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.
- Melalui seks oral.
- Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
- Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
- Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.
Tes Infeksi HIV
Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya
cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai
konseling. Segeralah mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik
VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini akan diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh Anda.Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau
KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan
rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih dahulu.
Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga
pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi
hasil tes HIV jika terbukti positif.
Tes HIV biasanya berupa tes
darah untuk memastikan adanya antibodi terhadap HIV di dalam sampel
darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan
tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes HIV mungkin akan
diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan aktivitas
yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV.
Ada beberapa
tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada rumah sakit
atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan
dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
- Komunitas AIDS Indonesia
- ODHA Indonesia
- Himpunan Abiasa
- Yayasan Spiritia
- Yayasan Orbit
- Yayasan AIDS Indonesia
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).Jika
hasilnya positif, Anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit
spesialis HIV. Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes
ini untuk memperlihatkan dampak dari HIV kepada sistem kekebalan Anda.
Anda juga bisa membicarakan tentang pilihan penanganan yang bisa
dilakukan.
Langkah Pengobatan Bagi Penderita HIV
Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi langkah pengobatan HIV yang
ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa
memperpanjang usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola
hidup yang sehat.Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan
nama antiretroviral (ARV) yang berfungsi menghambat virus dalam merusak
sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan tersebut diberikan dalam bentuk
tablet yang dikonsumsi setiap hari. Anda akan disarankan melakukan pola
hidup sehat. Misalnya makanan sehat, tidak merokok, mendapatkan vaksin flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya.
Tanpa
pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan
menurun drastis. Dan mereka cenderung menderita penyakit yang
membahayakan nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium
akhir atau AIDS.
Cara Pencegahan HIV
Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah
dengan melakukan hubungan seks secara aman, dan tidak pernah berbagi
jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua yang pernah berhubungan
seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko untuk
terinfeksi HIV.
Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah
serokonversi (Periode waktu tertentu di mana antibodi HIV sudah mulai
berkembang untuk melawan virus.). Tahap kedua adalah masa ketika tidak
ada gejala yang muncul. Dan tahap yang ketiga adalah infeksi HIV berubah
menjadi AIDS.
Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip seperti flu.
Setelah ini, HIV tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa
tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah
terinfeksi. Masa waktu inilah yang sering disebut sebagai serokonversi.Diperkirakan, sekitar 8 dari 10 orang yang terinfeksi HIV mengalami ini. Gejala yang paling umum terjadi adalah:
- Tenggorokan sakit
- Demam
- Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
- Pembengkakan noda limfa
- Penurunan berat badan
- Diare
- Kelelahan
- Nyeri persendian
- Nyeri otot
Gejala-gejala di atas bisa bertahan selama satu hingga dua bulan, atau
bahkan lebih lama. Ini adalah pertanda sistem kekebalan tubuh sedang
melawan virus. Tapi, gejala tersebut bisa disebabkan oleh penyakit
selain HIV. Kondisi ini tidak semata-mata karena terinfeksi HIV.Lakukan
tes HIV jika Anda merasa berisiko terinfeksi atau ketika muncul gejala
yang disebutkan di atas. Tapi perlu diingat, tidak semua orang mengalami
gejala sama seperti yang disebutkan di atas. Jika merasa telah
melakukan sesuatu yang membuat Anda berisiko terinfeksi, kunjungi klinik
atau rumah sakit terdekat untuk menjalani tes HIV.
Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala
lebih lanjut selama bertahun-tahun (masa jendela). Ini adalah tahapan
ketika infeksi HIV berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Virus yang ada
terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahapan ini,
Anda akan merasa sehat dan tidak ada masalah. Kita mungkin tidak
menyadari sudah mengidap HIV, tapi kita sudah bisa menularkan infeksi
ini pada orang lain. Lama tahapan ini bisa berjalan sekitar 10 tahun
atau bahkan bisa lebih.
Tahap Ketiga atau Tahap Terakhir Infeksi HIV
Jika tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan
infeksi. Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang penyakit
serius. Tahap akhir ini lebih dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Berikut ini adalah gejala yang muncul pada infeksi HIV tahap terakhir:
- Noda limfa atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal paha.
- Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
- Merasa kelelahan hampir setiap saat.
- Berkeringat pada malam hari.
- Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya.
- Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit.
- Sesak napas.
- Diare yang parah dan berkelanjutan.
- Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
- Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
Risiko terkena penyakit yang mematikan akan meningkat pada tahap ini. Misalnya kanker, TB, dan pneumonia.
Tapi meski ini penyakit mematikan, pengobatan HIV tetap bisa dilakukan.
Penanganan lebih dini bisa membantu meningkatkan kesehatan.
Di Indonesia penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua kelompok
utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian untuk
pengguna narkotika suntik (penasun).
Entah terjadi gejala atau
tidak, seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus kepada orang
lain. Orang yang positif mengidap HIV lebih mudah menularkan virus
beberapa minggu setelah mereka tertular. Pengobatan terhadap HIV akan
menurunkan risiko penyebaran kepada orang lain.
Penyebaran HIV
HIV tidak menular semudah itu ke orang lain. Virus ini tidak menyebar melalui udara seperti virus batuk dan flu.
HIV hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Tapi cairan seperti
air liur, keringat, atau urine tidak bisa menularkan virus ke orang
lain. Ini dikarenakan kandungan virus di cairan tersebut tidak cukup
banyak. Cairan yang bisa menularkan HIV ke dalam tubuh orang lain
adalah:
- Darah
- Dinding anus
- Air Susu Ibu
- Sperma
- Cairan vagina, termasuk darah menstruasi
HIV tidak tertular dari ciuman, air ludah, gigitan, bersin, berbagi
perlengkapan mandi, handuk, peralatan makan, memakai toilet atau kolam
renang yang sama, digigit binatang atau serangga seperti nyamuk. Cara
yang utama agar virus bisa memasuki ke dalam aliran darah adalah:
- Melalui luka terbuka di kulit.
- Melalui dinding tipis pada mulut dan mata.
- Melalui dinding tipis di dalam anus atau alat kelamin.
- Melalui suntikan langsung ke pembuluh darah memakai jarum atau suntikan yang terinfeksi.
Melalui hubungan seks
Penyebaran virus yang paling utama adalah dengan cara hubungan seks
melalui vagina dan anal tanpa pelindung. Seks oral tanpa pelindung juga
berisiko terinfeksi, tapi risikonya cukup kecil. Penyebaran HIV melalui
seks oral akan meningkat jika orang yang melakukan seks oral sedang sariawan atau terdapat luka di mulut. Atau melakukan seks dengan orang yang baru saja terinfeksi HIV dan punya banyak virus di tubuhnya.
- Tinggi rendahnya risiko penularan HIV berbeda-beda, tergantung pada jenis hubungan seks yang dilakukan.
- Melakukan seks oral pada pria yang positif HIV, dan pria itu ejakulasi di mulut.
- Penularan HIV bisa terjadi ketika kita lakukan seks oral pada wanita yang positif mengidap HIV, terutama saat sang wanita sedang menstruasi, meski risikonya kecil.
- Menerima seks oral dari orang yang menderita HIV risikonya sangat rendah, karena HIV tidak menular melalui air liur.
Selain melalui hubungan seks, HIV bisa menular melalui:
- Tranfusi darah.
- Dari ibu kepada bayi, baik saat kehamilan, melahirkan, atau ketika menyusui.
- Berbagi jarum, baik untuk menindik atau menato.
- Berbagi suntikan, terutama bagi para panasun (pengguna narkotika suntik).
- Berbagi alat bantu seks dengan pengidap HIV.
Pengaruh HIV Pada Tubuh Manusia
Sistem kekebalan tubuh bertugas melindungi kita dari penyakit yang
menyerang. Salah satu unsur yang penting dari sistem kekebalan tubuh
adalah sel CD4 (salah satu jenis sel darah putih). Sel ini melindungi
dari beragam bakteri, virus, dan kuman lainnya.HIV menginfeksi
sistem kekebalan tubuh. Virus memasuki sistem kekebalan pada sel CD4.
Virus ini memanfaatkan sel CD4 untuk menggandakan dirinya ribuan kali.
Virus yang menggandakan diri ini akan meninggalkan sel CD4 dan
membunuhnya pada waktu yang sama. Makin banyak sel CD4 yang mati, sistem
kekebalan tubuh akan makin rendah. Hingga akhirnya, sistem kekebalan
tubuh tidak berfungsi.
Ketika proses ini terjadi, tubuh akan tetap
merasa sehat dan tidak ada masalah. Kondisi ini bisa berlangsung selama
10 tahun atau bahkan lebih. Dan penderita bisa menyebarkan virus pada
periode ini.
Orang-orang yang Berisiko Terinfeksi HIV
Ingatlah bahwa semua orang berisiko terinfeksi HIV, tanpa mengenal
batasan usia. Tapi terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko
terinfeksi HIV. Mereka adalah:
- Pengguna narkotika suntik (panasun).
- Orang yang membuat tato atau melakukan tindik.
- Orang yang melakukan hubungan seks tanpa kondom baik sesama jenis kelamin, maupun heteroseksual.
- Orang yang tinggal atau sering bepergian ke daerah-daerah dengan angka HIV tinggi, misalnya Afrika, Eropa Timur, Asia, dan Amerika bagian selatan.
- Orang yang melakukan transfusi darah di daerah dengan angka HIV tinggi.
- Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
- Orang yang melakukan hubungan seks dengan pengguna narkotika suntik.
Orang yang baru saja terinfeksi HIV akan mengalami gejala seperti penyakit flu. Ini terjadi selama kurang lebih satu bulan hingga dua bulan setelah terinfeksi. Gejala awal yang muncul seperti demam, tenggorokan sakit, dan munculnya ruam. Tapi, beberapa orang yang menderita HIV tidak merasakan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.
Hanya
dengan menjalani tes HIV, kita bisa tahu pasti apakah kita terinfeksi
atau tidak. Makin cepat HIV terdeteksi, maka tingkat keberhasilan
pengobatan akan lebih tinggi. Jika Anda merasa berisiko terinfeksi HIV,
konsultasikan kepada dokter atau klinik kesehatan terdekat.
Jangan
menunda penanganan setelah Anda tahu telah terinfeksi HIV. Jika
terlambat, virus bisa dengan cepat menyebar ke dalam sistem kekebalan
tubuh. Hal ini bisa mengganggu kesehatan Anda. Anda juga bisa
menghindari penyebaran virus kepada orang-orang terdekat atau pun kepada
orang lain.
Melakukan Tes HIV/AIDS
Untuk
menguji apakah kita terinfeksi HIV, satu tes yang paling umum adalah tes
darah. Darah akan diperiksa di laboratorium. Tes ini berfungsi untuk
menemukan antibodi terhadap HIV di dalam darah. Tapi, tes darah ini baru
bisa dipercaya jika dilakukan setidaknya sebulan setelah terinfeksi
HIV, karena antibodi terhadap HIV tidak terbentuk langsung setelah
infeksi awal. Antibodi terhadap HIV butuh waktu sekitar dua minggu
hingga enam bulan, sebelum akhirnya muncul di dalam darah.Masa
antara infeksi HIV dan terbentuknya antibodi yang cukup untuk
menunjukkan hasil tes positif disebut sebagai “masa jendela”. Pada masa
ini, seseorang yang terinfeksi HIV sudah bisa menularkan virus ini,
meski dalam tes darah tidak terlihat adanya antibodi terhadap HIV dalam
darah.
Salah satu cara mendiagnosis HIV selain dengan tes darah
adalah Tes “Point of care”. Pada tes ini, sampel liur dari mulut atau
sedikit tetes darah dari jari akan diambil, dan hasilnya akan keluar
hanya dalam beberapa menit.
Sebelum seseorang diberikan diagnosis
yang pasti, perlu dilakukan beberapa kali tes untuk memastikan. Hal ini
dikarenakan masa jendela HIV cukup lama. Jadi, hasil tes pertama yang
dilakukan belum tentu bisa dipercaya. Lakukan tes beberapa kali jika
Anda merasa berisiko terinfeksi HIV.
Jika dinyatakan positif HIV,
beberapa tes harus dilakukan untuk memerhatikan perkembangan infeksi.
Setelah itu, barulah bisa diketahui kapan harus memulai pengobatan
terhadap HIV.
Tempat Melakukan Tes HIV/AIDS
Ada beberapa tempat untuk melakukan tes darah HIV. Bahkan, beberapa
puskesmas juga sudah menyediakan layanan untuk tes HIV. Klik tautan ini untuk melihat beberapa rumah sakit di Indonesia yang menyediakan fasilitas tes HIV dan layanan bagi pengidap HIV dan AIDS.Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
- Komunitas AIDS Indonesia
- ODHA Indonesia
- Himpunan Abiasa
- Yayasan Spiritia
- Yayasan Orbit
- Yayasan AIDS Indonesia
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani
HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Anda bisa
berkonsultasi kepada mereka tentang segala hal yang berhubungan dengan
HIV/AIDS.Sekarang, alat tes HIV rumahan juga tersedia bebas
untuk dibeli di apotik, klinik kesehatan, atau melalui internet. Tapi,
untuk lebih jelas dalam memahami virus ini, disarankan untuk
berkonsultasi kepada dokter.
Jika berminat melakukan tes HIV,
sebelumnya akan diberikan penyuluhan atau konseling. Tes HIV tidak bisa
dilakukan tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.
Belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan
yang bisa memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat
orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola
hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat yang dikombinasikan untuk
mengendalikan virus.
Obat-obatan Darurat Awal HIV
Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu
3x24 jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini
bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di Indonesia
dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur
kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati.Pengobatan
ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar)
terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah
pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan, maka lebih baik.
Pengobatan
memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini
serius dan tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP
melibatkan obat-obatan yang sama seperti pada orang yang sudah dites
positif HIV.
Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau di rumah sakit.
Hasil Tes Positif HIV
Jika hasil tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil
tes ini seharusnya disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter.
Mereka akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan
bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat itu.Tes darah
akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi perkembangan virus sebelum
memulai pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan
sistem kekebalan tubuh manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur
tingkat sel CD4 (sel yang bertugas melawan infeksi) dalam darah.
Pengobatan
biasanya disarankan setelah CD4 di bawah 350, entah terjadi gejala atau
tidak. Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan untuk melakukan
pengobatan secepatnya. Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan tingkat
virus HIV dalam darah. Ini juga untuk mencegah atau menunda penyakit
yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk menyebarkannya juga menjadi
lebih kecil.
Keterlibatan Penyakit Lain
Bagi penderita hepatitis B dan hepatitis C yang
juga terinfeksi HIV, pengobatan disarankan ketika angka CD4 di bawah
500. Jika penderita HIV sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi
yang akan menekan sistem kekebalan tubuh, pengobatan dilakukan dengan
angka CD4 berapa pun. Atau ketika Anda juga menderita penyakit lain
seperti TB, penyakit ginjal, dan penyakit otak.
Obat-obatan Antiretroviral
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi
memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal
terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan
diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:
- NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.
- NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
- Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.
- Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.
- Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.
Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi
antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat
ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap
orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.Beberapa
obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV
dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu
kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV
lainnya.
Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi
infeksi HIV bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga.
Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.
Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil
Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus
untuk wanita hamil. Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu
kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi
akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu banding
100 jika diberi pengobatan sejak awal.Dengan pengobatan lebih
dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal tidak meningkat.
Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan
operasi caesar.
Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk
tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus bisa menular melalui proses
menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada
dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko
tertular HIV.
Konsumsi Obat Secara Teratur
Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke
dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda
mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum
obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko
kegagalan.
Efek Samping Pengobatan HIV
Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin
perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah
contoh efek samping yang umumnya terjadi:
- Kelelahan
- Mual
- Ruam pada kulit
- Diare
- Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
- Perubahan suasana hati
Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk AIDS,
tapi Anda bisa melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya cara
untuk mencegah terinfeksi HIV adalah dengan menghindari kegiatan yang
meningkatkan risiko tertular HIV. Pada dasarnya, mencegah selalu lebih
baik daripada mengobati.
Cara-cara yang paling umum untuk
terinfeksi HIV adalah berhubungan seks tanpa kondom, dan berbagi jarum
atau alat suntik lainnya. Jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa
menularkannya dengan cara-cara tersebut. Jika kedua pasangan terinfeksi,
tetap lakukan hubungan seks yang aman. Anda bisa tertular jenis virus
HIV lain yang mungkin tidak bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang Anda
konsumsi.
Melalui Hubungan Seks
Risiko
tertinggi infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom
melalui vagina maupun anal. Risiko tertular melalui seks oral cukup
rendah, tapi bukan berarti nol. Seks oral bisa menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual lain seperti sifilis.
Mainan dan alat bantu seks juga berisiko dalam menyebarkan HIV jika
salah satu pengguna mainan dan alat bantu seks ini positif terinfeksi
HIV.Cara terbaik untuk mencegah HIV dan infeksi menular
seksual (IMS) lainnya adalah dengan memakai kondom untuk segala jenis
penetrasi seks. Dan gunakan dental dam untuk melakukan seks oral. Dental dam adalah
selembar kain berbahan lateks. Kain ini berfungsi sebagai penghalang
antara mulut dan vagina atau anus. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
penyebaran IMS selama melakukan seks oral.
Mengonsumsi obat Truvada
Bagi orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV, mengonsumsi
obat emtricitabine-tenofovir (Truvada) bisa mengurangi risiko infeksi
HIV melalui hubungan seksual. Truvada juga digunakan pada perawatan HIV
bersamaan dengan obat-obatan lainnya.
Pemakaian kondom
Jika Anda tidak tahu status infeksi HIV pasangan, maka selalu gunakan
kondom baru tiap melakukan hubungan seks anal maupun seks vaginal.
Kondom tersedia dalam berbagai bentuk, warna, tekstur, bahan, dan rasa
yang berbeda. Kondom tersedia baik untuk pria maupun wanita.Kondom
adalah bentuk perlindungan paling efektif melawan HIV dan Infeksi
Menular Seksual lainnya. Kondom bisa digunakan untuk hubungan seks apa
pun. Sangat penting untuk memakai kondom sebelum kontak seksual apa pun
yang muncul antara penis, vagina, mulut, atau anus. HIV bisa ditularkan
sebelum terjadi ejakulasi. Ini terjadi ketika keluarnya cairan awal dari
alat kelamin dan dari anus.
Gunakan kondom yang berbahan lateks atau poliuretan (latex and polyurethane) ketika melakukan hubungan seks. Gunakan kondom begitu Anda atau pasangan mengalami ereksi, bukan sebelum ejakulasi.
Pemakaian pelumas
Pelumas digunakan untuk menambah kenyamanan dan keamanan hubungan seks
dengan tujuan menambah kelembapan pada vagina maupun anus selama seks.
Pelumas akan mengurangi risiko terjadinya kulit luka (sobek) pada vagina
atau anus. Pelumas juga mencegah agar kondom tidak sobek.Hanya
gunakan pelumas yang berbahan dasar air, bukan yang berbahan minyak.
Pelumas yang berbahan minyak bisa melemahkan kekuatan kondom dan bahkan
bisa merobek kondom.
Melalui Jarum dan Suntikan
Jika Anda memakai jarum untuk menyuntikkan obat, pastikan jarumnya
steril. Jangan berbagi jarum, suntikan, atau perlengkapan menyuntik lagi
seperti spon dan kain. Berbagi jarum bisa meningkatkan risiko
terinfeksi HIV dan virus lain yang ada di dalam darah, misalnya hepatitis C.Jika
Anda ingin membuat tato atau tindik, pastikan selalu memakai jarum yang
steril dan bersih. Jangan melakukan aktivitas ini di tempat
sembarangan. Pastikan Anda memeriksa jarum yang digunakan.
Melakukan sunat bagi pria
Sunat pada pria adalah prosedur pembedahan untuk memotong kulit di
bagian ujung penis. Sunat yang dilakukan pada kelamin pria mampu
mengurangi risiko pria terkena HIV.
Kamis, 15 September 2016
Deskripsi WPA
WPA (Warga Peduli Aids)
Adalah wadah bagi masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam upaya penanggulangan bahaya AIDS.
Tugas dan Fungsi Forum Warga Peduli AIDS Kelurahan Gayam, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri adalah:
- Memberikan penyuluhan kepada warga untuk berperilaku sehat dan meningkatkan ketahanan keluarga.
- Berperan serta dalam kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS dengan cara aktif dalam kegiatan sosialisasi penanggulangan HIV dan AIDS
- Mendorong setiap warga yang berisiko terhadap penularan HIV untuk memeriksakan kesehatannya ke klinik VTC
- Mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap pengidap penyakit HIV dan AIDS dan keluarganya
Segala biaya yang timbul sebagai akibat dikeluarkannya keputusan ini dibebankan pada:
- APBN melalui APBD terkait
- APBD Provinsi melalui SKPD terkait
- APBD Kota Kediri melalui SKPD terkait
- APBD Kota Kediri melalui Dana Pembangunan Kelurahan
- Swadaya murni masyarakat
- Sumber dana lain yang sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Langganan:
Postingan (Atom)